Pendidikan kedokteran yang ada di beberapa perguruan tinggi (PT), baik negeri maupun swasta hingga sekarang masih menjadi incaran bagi calon mahasiswa baru di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng). Program studi (prodi) keguruan juga mulai banyak diminati.
Untuk kedokteran daya tampung yang ada rata-rata satu kursi diperebutkan 40 peserta. Selain itu, jumlah peminat juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Misalnya di UGM, dari 15.000 peminat pada 2010, naik menjadi 21.000-an pendaftar pada 2011. Padahal daya tampung untuk pendidikan dokter di UGM hanya 431 kuota.
“Pendidikan dokter hingga sekarang memang masih menjadi jurusan favorit, meski pada tahun ini, untuk perbandingan kuota bukan yang tertinggi, yaitu 1:35, atau kalah dengan kuota dari jurusan lain, yakni teknologi informatika (TI), yakni 1: 41,” kata Sekretaris Direktorat Administrasi Akademik (DAA) UGM Agus Wiranto.
Hal yang sama juga terjadi di Universitas Islam Indonesia (UII). Direktur Akademik UII Revianto B Susanto mengungkapkan sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya, pendidikan dokter di UII memang masih menjadi plihan favorit bagi para calon mahasiswa baru di UII. Meskipun begitu, jika melihat dari jumlah peminat dan kuota memang pendidikan dokter bukan lagi yang tertinggi. Sebab ada jurusan lain pada 2011 perbandingan antara daya tampung dengan pendaftar masih ada yang lebih tinggi. “Yang jelas untuk pendidikan dokter masih menjadi jurusan favorit,” tandasnya.
Menurut Agus, berdasarkan kajian, jurusan kedokteran menjadi favorit di kalangan mahasiswa lantaran dari sisi pekerjaan, kesejahteraan dan kemandirian dianggap lebih terjamin. Sampai saat ini dokter masih sangat dibutuhkan tenaganya. Dari sisi kesejahteraan, walau tidak semua dokter itu hidupnya lebih dari cukup, namun dapat dikatakan kehidupan dokter itu sejahter. Dari sisi mandiri, dokter bisa menjalankan pekerjaannya sendiri, yaitu dengan membuka praktik dokter.
“Saya rasa tiga alasan itulah, mengapa sampai saat ini pendidikan dokter masih tetap menjadi jurusan favorit di perguruan tinggi,” ungkapnya.
Kondisi serupa juga terjadi di Jawa Tengah. Di Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), prodi kedokteran yang belum lama dibuka juga sudah kebanjiran peminat. Rektor Unimus,Prof Djamaluddin Darwis mengakui bahwa prodi kedokteran menjadi yang paling diminati. Meski demikian, kuota yang disediakan tidak akan ditambah mengingat kuota tersebut sudah ditetapkan oleh Dirjen Dikti.
“Kalau ke depan kemungkinan bisa saja ditambah. Tentunya atas persetujuan dari pusat. Karena ini menyangkut dengan lulusan sebagai dokter semua harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak bisa sembarangan,” katanya.
Selain jurusan kedokteran, prodi keguruan juga masih menjadi incaran. Untuk perguruan tinggi (PT) seperti IKIP PGRI Semarang serta Universitas Negeri Semarang (Unnes) masih didominasi oleh Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Sedangkan untuk Universitas Diponegoro masih didominasi prodi kedokteran dan disusul oleh prodi-prodi lainnya.
Pembantu Rektor Bidang Akademik Unnes Agus Wahyudin mengakui di Unnes sendiri, terdapat tiga program studi yang menjadi favorit pendaftar saat dilangsungkannya Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) beberapa waktu lalu. Di antaranya, Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Pendidikan Bahasa Inggris dan Pendidikan Teknologi Informatika dan Komputer (PTIK). “Ketiga program studi itu memang paling banyak dipilih oleh para pendaftar,” katanya.
Kondisi serupa juga terjadi di IKIP PGRI Semarang, dari seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) IKIP PGRI Semarang jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) sebagian besar mengincar Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Antusias calon mahasiswa mengambil prodi PGSD memang sangat besar sejak beberapa tahun terakhir. Bahkan, berkaca pada seleksi beberapa tahun sebelumnya, prodi PGSD selalu menduduki peringkat teratas dengan peminat mencapai ribuan orang.
“Melejitnya jumlah peminat prodi PGSD tidak lepas dari boom pensiun guru SD di seluruh Indonesia yang mencapai kisaran di atas 500.000 guru. Dengan banyaknya guru SD yang pensiun, secara otomatis akan terjadi kekosongan guru sehingga peluang untuk menjadi guru SD sangat tinggi,” paparnya.
Selain dua jurusan tersebut jurusan Teknik Industri (TI) diam-diam juga mulai naik peminatnya. Rektor Institut Sains dan Teknologi (IST) Akprind Yogyakarta, Sudarsono mengatakan dua hal pokok yang menjadi kata kunci di era globalisasi ini, yaitu sains dan teknologi. Sebab dunia sekarang ini bergerak menuju terwujudnya budaya baru berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).
“Atas dasar itu,Akprind tidak pernah kehilangan pangsa pasar mahasiswa,”akunya. Pengamat pendidikan Darmaningtyas mengatakan sebenarnya jurusan-jurusan di perguruan tinggi itu menjadi favorit atau tidak bisa terlepas dari kebutuhan pasar.